Facebook, disayang netters dibenci Wall Street

Siapa tak kenal Facebook? Siapa tak menggunakan Facebook? Siapa tak kagum dengan Facebook? Siapa tak memuja-muja Facebook? Siapa tak...? Siapa...?
Mungkin tidak terlalu perlu dijawab. Susah menemukan orang sejenis itu. Apalagi generasi Y dan Z.

Siapa benci Facebook...?
Wall Street!
Kenapa begitu?
Entahlah.
Yang jelas Facebook sudah mencetak satu dari sekian ironi tahun ini.  Disukai jutaan penghuni dunia maya tetapi hancur lebur di dunia nyata, tepatnya di Wall Street.  Dipuja-puja jutaan manusia, tetapi dibenci oleh para segelintir investor, -sahamnya anjlok mengenaskan, terjun bebas tinggal setengah harga sejak pertama kali go public-. Digdaya di dunia maya namun tak berdaya di Wall Street. How is it possible?

Di kantor pusat Facebook, ada poster merah putih yang ditempel di dinding yang berisi pertanyaan terus terang tanpa tedeng aling-aling, "Apa yang salah?"
Di bawah nya, dengan tinta hitam, seseorang mencoret-coret dengan huruf-huruf kecil: "Semuanya." (Sengupta, 2012: nytimes.com)

Apa yang salah? Semuanya!
Bagaimana bisa salah? Entahlah. Saya bukan pakar (pandai menakar, pinjam istilah bung hasbi).

Tapi tak ada salahnya mengumpulkan cuplikan-cuplikan spekulatif pakar (pandai menakar) yang ditulis di nytimes.com untuk mencoba memahami bagaimana Facebook telah membentur market yang ganas, liar, dan keras itu:

- Facebook telah terkena penyakit klasik - nilai IPO (Initial Public Offering) saat go public terlalu tinggi. ~Dan Alpert, a partner with Weswood Capital~. (Sengupta, 2012: nytimes.com)

- Antara Silicon Valley dan Wall Street memang ada dua perbedaan kultur dalam mencari uang. Ada ketegangan diantara kedua kultur tersebut. Keduanya terjadi simbiosis yang saling meremehkan. Mereka sama-sama berfokus mencari uang, tetapi pendekatannya berbeda.

-Wall Street ingin melihat pertumbuhan revenue yang cepat, sementara Facebook lebih memilih metode 'kesabaran'. Facebook sedang mengembangkan berbagai macam tool yang akan mengubah dunia selamanya, tetapi belum mengungkapkannya secara detil.

-Facebook lambat dalam mencari uang melalui berbagai mobile devices; padahal setengah dari penggunanya menggunakan handphones dan tablet. Wall Street juga berharap facebook punya model periklanan yang menarik. ~Para analis~.

- Tentang Pak Zuckerberg: Dia orang yang bagus dalam menjalankan perusahaan, menetapkan arah perusahaan atau mengendalikan strategi produknya. Tetapi dia sangat buruk dalam me-manage Wall Street. ~Teman dekat Zuckerberg yang sekaligus investor besar Facebook sebelum go public yang tak mau disebut namanya karena tidak enak dengan Zuckerberg~.
Itu akan merugikan karena Wall Street dan Silicon Valley bicara dengan bahasa yang agak berbeda.

Begitulah cuplikan-cuplikan analisa dari paka-pakar di sana.

Facebook sayang facebook malang.
Orang-orang Wall Street sombong tidak mau paham teknologi. Yang penting bagaimana revenue tumbuh entah bagaimanapun prosesnya. Orang-orang Silicon Valley keras kepala tidak mau paham pasar saham. Yang penting bagaimana teknologi akan mengubah dunia. Benturan keras selalu merugikan.

Di ilmu 'science' ada pertanyaan: Can science be a business?
Di Silicon Valley, mungkin Pak Zuckerberg bertanya: Can You, Wall Street, Love Me?

Hope so, Mark!

No comments:

Post a Comment