Skip to main content

Posts

Showing posts with the label CyberCrime

Cyber Terrorism

Cyber terrorism adalah kejahatan eletronis dengan motivasi politis. Ketidakmampuan Pemerintah dalam memproteksi sistem-sistem yang vital menjadikan internet sebagai medan pertempuran. Ini semua sudah terjadi. Pada tahun 2007, Estonia diserang oleh hacker-hacker Rusia yang tidak senang dengan perlakuan terhadap patung di jaman Perang Dunia II.

Indonesia-Malaysia Terancam Perang Cyber

Nampaknya perseteruan politis antara Indonesia dan Malaysia mulai bergeser ke dunia online. Dalam rangka menyambut HUT Malaysia ke-52 pada 31 Agustus kemarin, hacker-hacker Indonesia mendeface 116 situs dari malaysia. Rupanya perang di dunia cyber akan kembali berkobar. Bila pemerintah tidak segera turun tangan, ini akan membahayakan beberapa pengelola situs kedua negara. Karena banyak sekali situs-situs penting yang tidak di jaga dengan baik oleh para pengelola situs. Sementara bila perang cyber benar-benar semarak, hacker akan menggunakan segala cara dalam melumpuhkan suatu situs. Tentu saja pacuan antara hacker dan pengelola situs akan cenderung dimenangkan oleh hacker. Karena hacker akan memiliki segala macam cara bahkan dengan cara-cara yang sama sekali tidak pernah dipikirkan oleh penjaga situs yang ahli dalam hal keamanan sekalipun.

Bahaya Besar Penyingkatan URL?

Apakah aman bila kita memendekkan URL? Pada umumnya ya, tetapi perusahaan keamanan MessageLabs melaporkan minggu ini bahwa ada banyak alasan untuk lebih berhati-hati untuk melakukan klik pada link-link yang pendek maupun mem-forward nya ke orang lain. Bagi mereka yang tergabung dalam Twitter tahu betapa berartinya URL yang pendek. Twitter membatasi postingan agar tidak lebih dari 140 karakter. Jadi bila anda ingin mengatakan sesuatu mengenai suatu situs dan memasukkan link di dalamnya, linktersebut dihitung sebagai karakter dan tentu saja tidak boleh melampui batasan. Hasilnya adalah menanjaknya popularitas situs penyedia layanan untuk memendekkan URL, yaitu TynyURL dan Bit.ly , yang mampu memangkas 15-20 karakter.

Hacker Berhasil Menembus Pentagon dan Mencuri Data

Hacker berhasil menembus Departemen Pertahanan Amerika dan mendownload data dalam jumlah terabytes yang berisi mengenai design "Joint Strike Fighter", suatu jenis stealth fighter dengan harga $300 miliar yang sekarang sedang dalam pengembangan, menurut The Wall Street Journal. Menurut jurnal tersebut, file-file yang dicuri semuanya berhubungan dengan design "Joint Strike Fighter" dan sistem elektronisnya. Namun, menurut laporan tersebut, file-file yang sangat berharga tidak ikut tercuri karena disimpan di komputer yang tidak terhubung ke internet. Serangan tersebut menimbulkan pertanyaan yang lebih banyak dibandingkan jawaban yang bisa di dapatkan. Misalnya, laporan tersebut tidak menyebutkan bagaimana penyerang berhasil mendownload data dalam ukuran terabytes sebelum akhirnya ketahuan. Karena satu terabyte saja bisa memerlukan waktu beberapa minggu untuk mendownloadnya melalui koneksi data yang cukup cepat. Laporan tersebut juga menuding bahwa...

Conficker.c Membingungkan Para Peneliti Akan Apa Yang Akan Terjadi Pada 1 April

Para peneliti keamanan sedang kebingungan mengenai apa yang akan terjadi minggu depan saat variant terbaru Conficker, worm terbesar tahun ini, mulai mencoba koneksi dengan controller-nya. PC yang terinfeksi Conficker.c, versi ketiga worm yang pertama kali mulai muncul akhir tahun lalu, akan menggunakan skema komunikasi baru pada tanggal 1 april untuk membentuk link ke command-and-control server yang dioperasikan oleh para hacker yang sudah menyebarkan malware tersebut. Tanggal 1 april ada dalam hard-code di worm ini. Taktik ini hanya salah satu cara untuk mempersulit para peneliti keamanan untuk mendapatkan gambaran mengenai Conficker, dan yang lebih penting lagi adalah apa yang akan dilakukannya.

Amerika Penyumbang Spam Terbesar di Dunia

Hampir 200 milyar pesan elektronik yang beredar tiap harinya adalah spam alias "pesan sampah". Jumlah ini setara dengan hampir 90 persen dari email seluruh dunia. Dan Amerika Serikat menjadi negara asal spam terbesar dengan sumbangan 17,2 persen. Demikian laporan hasil evaluasi tahun 2008 Cisco, perusahaan jaringan untuk internet. Sementara, negara lain yang juga menjadi asal spam adalah Turki (9,2 persen), Rusia (8 persen), Kanada (4,7 persen), Brazil (4,1 persen), India (3,5 persen), Polandia (3,4 persen), Korea Selatan (3,3 persen) serta Jerman dan Inggris (masing-masing (2,9 persen). Patrick Peterson, Fellow dan Chief Security Researcher Cisco melihat perkembangan ini seiring ditemukannya cara-cara baru melakukan kejahatan terhadap jaringan dan Internet. "Organisasi bisa mengurangi resiko spam ini dengan menyempurnakan kendali akses dan menambal kerentanan yang ada untuk menghilangkan peluang bagi penjahat memasuki infrastruktur jaringan. Caranya bisa melal...