Kapan atau dimana normalisasi digunakan dalam perancangan sistem basis data?

Pada dasarnya normalisasi merupakan teknik yang formal yang bisa digunakan di tahap manapun dalam perancangan sistem database. Namun pada umumnya ada dua pendekatan tentang penggunaan normalisasi. Yang pertama adalah pendekatan 'bottom-up' dan yang kedua disebut pendekatan 'top-down'. Coba perhatikan gambar ilustrasi di bawah ini:

Pendekatan bottom-up dan top-down dalam menggunakan normalisasi dalam perancangan basis data
Seperti bisa dilihat pada gambar di atas, pendekatan 1 (approach 1) menunjukkan kapan/dimana normalisasi digunakan sebagai teknik 'standalone' dalam perancangan basis data sementara pada pendekatan 2 (approach 2) menunjukkan kapan/dimana normaliasi bisa digunakan sebagai teknik validasi untuk mengecek struktur relasi-relasi yang dihasilkan dengan pendekatan top-down seperti ER modeling. Tidak perlu dipusingkan pendekatan mana yang digunakan, tujuan keduanya adalah sama yaitu menghasilkan relasi-relasi yang terdesain dengan baik yang memenuhi data requirements perusahaan. 

Gambar ilustrasi diatas juga  menunjukkan contoh berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk perancangan basis data.  Meskipun spesifikasi users’ requirements adalah sumber data yang pada umumnya lebih diutamakan, tetapi mungkin juga untuk merancang basis data berdasarkan informasi yang diambil langsung dari sumber data lainnya seperti form-form  atau report-report tradisional seperti yang dilustrasikan dalam posting tulisan tentang: “Contoh proses normalisasi relasi dari UNF – 1NF – 2NF – dan 3NF”.

Gambar di atas juga menunjukkan bahwa sumber data yang sama bisa juga digunakan untuk kedua pendekatan tersebut, namun demikian, meskipun hal itu secara prinsip betul, pada praktinya pendekatan yang diambil cenderung ditentukan oleh ukuran, batas, kompleksitas basis data yang digamnarkan dalam sumber data dan oleh preferensi dan keahlian dari si desainer basis data. Pilihan untuk menggunakan normalisasi sebagai teknik bottom-up (pendekatan 1) seringkali lebih terbatas yang disebabkan oleh tingkat detil yang ingin dikelola oleh si desainer basis data, tetapi keterbatasan semacam itu tidak akan terjadi ketika normalisasi digunakan sebagai teknik validasi (pendekatan 2) karena si desainer basis data hanya berfokus pada bagian dari basis data, misalnya suatu relasi tunggal, pada satu waktu. Jadi, tidak peduli berapa besar ukuran atau kompleksitas basis data, normalisasi bisa diterapkan dan tetap berguna.

Link-link terkait proses normalisasi dalam perancangan sistem basis data secara urut untuk dibaca adalah seperti berikut:

No comments:

Post a Comment