Review Topik Pengambilan Keputusan: Fase Design

1. Apa yang dimaksud dengan optimasi dan bandingkan dengan suboptimisasi.

Optimasi mengacu pada "terbaik." (Tidak ada hal lain yang "lebih" optimal!). Untuk mencapai hal itu, semua alternatif harus dipertimbangkan, dan yang optimal harus menjadi yang terbaik. Suboptimisasi adalah optimasi dari suatu subsistem, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap bagian-bagian lain dari sistem secara keseluruhan. Apa yang optimal pada suatu bagian dari suatu sistem (atau organisasi) mungkin bukan (belum tentu) yang optimal untuk seluruh sistem (atau organisasi). Misalnya, seorang mahasiswa menghabiskan 24 jam belajar untuk ujian akhir topik DSS mungkin memberikan dia nilai yang terbaik  untuk topik itu, tetapi rata-rata secara keseluruhan bisa lebih baik apabila menghabiskan dan mempelajari enam jam untuk masing-masing empat topik ujian. Penurunan dari A + menjadi B dalam topik DSS akan lebih baik apabila dengan diimbangi oleh peningkatan dari Ds ke B dan C pada tiga topik lainnya.

2. Bandingkan pendekatan normatif dan deskriptif dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan normatif menggunakan model, atau metode yang mungkin sebelumnya telah diturunkan dari suatu model yang memberitahu kepada si pembuat keputusan tentang apa yang harus ia lakukan. Model-model preskriptif semacam ini sering dikembangkan dengan memanfaatkan metode optimasi. Teknologi tentang sistem pakar, misalnya, dikembangkan dari "serangkaian metode atau aturan praktis" yang digunakan oleh para ahli di bidang keputusan.

Pengambilan keputusan deskriptif menggunakan model yang memberitahu si pembuat keputusan tentang skenario "bagaimana-jika." Biasanya ini adalah model-model simulasi.

3. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan rasional. Apa artinya menjadi seorang pembuat keputusan yang rasional?

Pengambilan keputusan yang rasional mengikuti asumsi-asumsi ekonomi rasionalitas. Seorang pembuat keputusan rasional menunjukkan perilaku yang diasumsikan pasti: (1) Manusia adalah makhluk ekonomi, yang bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan; (2) untuk situasi pengambilan keputusan, semua alternatif tindakan dan konsekuensinya, atau setidaknya probabilitas dan nilai-nilai dari konsekuensi diketahui; dan (3) pengambil keputusan memiliki urutan atau preferensi yang memungkinkan mereka untuk memeringkat semua konsekuensi yang sudah dianalisis (terbaik sampai terburuk). 
Menjadi seorang pembuat keputusan yang rasional berarti membuat keputusan sesuai dengan asumsi-asumsi ini.

4. Mengapa orang menunjukkan apa yang disebut dengan bounded-rationality (rasionalitas yang terbatas) ketika memecahkan masalah?

Manusia pada umumnya memiliki keterbatasan yang mencegah kita dari menjadi benar-benar rasional. Kita biasanya menyederhanakan berbagai macam hal. Skala evaluasi individu terhadap cost-and-benefit dari suatu keputusan mungkin tidak linear dan mungkin tidak sesuai organisasi. (Sebagai contoh, seorang manajer mungkin melihat manffat pribadi yang besar ketika tidak melampui anggaran bahkan hanya sebesar $1, tapi manfaatnya sangat sedikit bila menggunakan di bawah anggaran dengan lebih dari jumlah minimal. Dari sudut pandang eksekutif tidak akan memiliki sebuah pemangkasan yang tajam. Bidang utilitas ekonomi membahasa tentang hal-hal seperti ini). Selain itu, karakteristik individu juga bisa mengakibatkan rasionalitas yang terbatas.

5. Apa yang dimaksud dengan skenario. Bagaimana skenario digunakan dalam pengambilan keputusan?

Skenario adalah pernyataan dari asumsi tentang lingkungan operasi dari suatu sistem tertentu dalam waktu tertentu. Ini menggambarkan konfigurasi sistem. Dengan mengubah skenario dan mengukur tingkat pencapaian tujuan, mungkinlah untuk membandingkan berbagai alternatif dalam berbagai kondisi yang berbeda.

6. Beberapa "kesalahan" dalam pengambilan keputusan dapat dikaitkan dengan gagasan pengambilan keputusan yang berasal dari firasat. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hal seperti ini dan bagaimana kesalahan tersebut bisa terjadi.

Secara umum, orang memiliki kecenderungan untuk mengukur ketidakpastian dan risiko dengan sembarangan. Mereka cenderung terlalu percaya diri dan memiliki ilusi kontrol dalam pengambilan keputusan. Akibatnya, keputusan di mana beberapa bagian diantaranya adalah tentang masa depan yang tidak diketahui, seringkali dibuat lebih optimis dari yang  seharusnya. 
Selain itu, mereka yang mengambil keputusan "berdasar firasat" sering tidak membuat gambaran yang jelas tentang semua rincian dan implikasi dari situasinya. Pendekatan ini dapat menghemat waktu jika intuisi si pembuat keputusan selaras dengan situasi dari pengalaman yang luas, tetapi bisa menyebabkan kesalahan jika diterapkan pada situasi yang tidak familiar. Seorang eksekutif yang telah sukses dengan berbagai keputusan 'firasat' nya di masa lalu mungkin tidak menyadari bahwa pengalaman nya tidak berlaku untuk situasi yang baru, tapi terlihat serupa.

Daftar link terkait topik 'Decision Making, Systems, Modeling, and Support':

No comments:

Post a Comment