Tanpa memandang jenis proses komunikasi, apakah itu komunikasi antara dua orang teman, komunikasi di depan ratusan orang secara publik, atau tweet 140 karakter, dan sebaigainya, semakin baik pesan yang bisa dikirimkan dalam proses diseminasi, semakin efektif pesan tersebut diterima. Berdasarkan aspek tersebut, pandangan terhadap kajian komunikasi yang lebih inklusif muncul dan hal ini menjadikan para pembuat strategi komunikasi di media sosial menyusun rencana aksi mereka dalam membuat pesan melalui media sosial.
Ada tiga langkah dalam memaksimalkan komunikasi antara pengirim dan penerima pesan media sosial?
- Pastikan kita tidak hanya menciptakan pesan media sosial berdasarkan tujuan dan sasaran kita sendiri. Melainkan menaruh perhatian pada problem konsumen. Contoh kasus bisa dibaca dari kasus Warby Parker [Bagaimana Men-"DISRUPT" Bisnis Melalui Media Sosial dan Strategi Yang Inovatif]. Warby Parker berhasil dengan baik mendefinisikan berbagai masalah yang dihadap oleh konsumen/audiens dan berhasil menyampaikan pesan-pesan melalui media sosial secara efektif.
- Tentukan siapa yang menjadi targetnya, teknologi yang mereka gunakan, dan kebutuhan dan kenyamanan mereka. Misalnya target: orang-orang yang memerlukan kacamata? (kasus Warby Parker). Teknologi: apakah menggunakan media sosial faceboook? twitter? youtube? instagram? android mobile user? ios mobile user? private snapchat? etc. Kebutuhan & kenyaman: publik? private? groups? etc.
- Identifikasi hambatan pada proses komunikasi yang efektif, seperti kompetensi, akses atau historis relasional yang rumit. Misalnya, apakah audiens pernah memiliki komplain dalam riwayat komunikasi sebelumnya? apakah audiens memiliki akses internet yang baik? dsb, dsb. Kasus Warby Parker:membuat campaign "Home Try On"supaya orang bisa mencoba lima pasang kacamata sekaligus secara gratis di rumah dan mengembalikan empat pasang lainnya yang tidak dibeli.
Comments
Post a Comment