Skip to main content

Pengertian dan Perbedaan Komunikasi Difusi vs Partisipasi

Saat ini, sebagian besar komunikasi untuk intervensi pengembangan (Communication for Development) berada diantara dua teori konseptual yang kontinuum, yaitu: difusi dan partisipasi.

Model difusi didasarkan pada teori inovasi difusi dari Rogers dan merupakan inti dari pendekatan modernisasi pada 1950-an dan 1960-an. Di sini, perubahan perilaku dicapai dengan mendidik individu. Dengan memberikan pengetahuan, individu mulai mengalami pergeseran dalam sikap, yang kemudian mempengaruhi cara mereka bertindak. Jenis campaign ini umumnya dilakukan melalui media massa.

Model partisipasi lebih membumi, dengan mengasumsikan bahwa perubahan perilaku adalah proses horizontal dan bukan proses vertikal. Model ini menekankan pentingnya dialog komunitas untuk pemberdayaan. Dengan menggunakan pendekatan partisipatif pada desain media, seseorang lebih mampu mencapai dan mendengar suara-suara dari populasi audiens yang ditargetkan dan sulit dijangkau.


Beberapa poin yang bisa mendeskripsikan perbedaan lebih mendetil tentang kedua model di atas kurang lebih adalah sebagai berikut

Model Difusi (Diffusion)
  • dari sisi tujuan, hanya untuk menyampaikan pesan kepada audiens yang besar tanpa mengharapkan perubahan perilaku audiensnya
  • dari sisi anggaran dan jumlah staff, anggaran dan jumlah staff terbatas
  • dari sisi penelitian, sangat terbatas untuk melakukan penelitian
  • dari sisi kontrol atas pesan, pembuat pesan dapat mengontrol pesan sangat ketat, hanya saja pastikan konten pesannya benar, sebisa mungkin minimalisir kesalahan konten
  • dari sisi audiens, dianggap homogen, tidak ada personalisasi pesan
Model Partisipasi (Participation)
  • dari sisi tujuan, ditujukan untuk mempengaruhi, membentuk, bahkan mengubah perilaku audiensnya secara permanent
  • dari sisi anggaran dan jumlah staff, lebih banyak dibandingkan difusi karena harus memberikan menyediakan konten yang beragam untuk memberikan personalisasi pesan yang berbeda-beda kepada audiens
  • dari sisi penelitian, perilaku audiens dapat dibedakan dan dievaluasi karena kita menganggap audiens kita berbeda-beda sehingga feedback yang kita dapat pun juga beragam
  • dari sisi kontrol atas pesan, diserahkan kepada audiens, kekuatan penyampaian pesan media sosial menjadi lebih kuat karena dikontrol oleh audiens sendiri, audiens dapat membagikan pesan kita ke jaringan media sosial yang mereka miliki
  • dari sisi audiens, lebih dapat dipercaya, sehingga dapat diarahkan dari audiens biasa menjadi pendukung pesan (pelanggan setia, pelanggan loyal), bahkan mengajak audiens lainnya untuk mengikuti produk atau layanan kita

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Binding dalam Bahasa Pemrograman dan Kapan Terjadinya

Binding dimaksudkan sebagai pengikatan (association) antara suatu entity dengan atributnya, misalnya binding/pengikatan antara suatu variable dengan tipe datanya atau dengan nilainya, atau dapat juga antara suatu operasi dengan simbol, misalnya simbol + dikenali sebagai operasi penjumlahan atau simbol ^ dikenali sebagai operasi pangkat, dll.  Peristiwa binding dan kapan terjadinya binding (biasanya disebut dengan binding time ) berperan penting dalam membicarakan semantics suatu bahasa pemrograman. Beberapa kemungkinan binding time adalah:

Latihan Soal Jawab Matematika Diskrit

Berikut di bawah ini adalah latihan soal jawab untuk matematika diskrit dengan topik-topik: Pernyataan Logika Circuits dan Ekspresi Boolean Argumen (valid/tidak valid) Teori Himpunan Permutasi Fungsi --o0o-- Pernyataan Logika 1. Buatlah tabel kebenaran untuk menentukan yang mana tautology dan yang mana contradiction dalam pernyataan logika (a) dan (b) di bawah ini: a. (p ∧ q) ∨ (∼p ∨ (p ∧ ∼q)) b.  (p ∧ ∼q) ∧ (∼p ∨ q)

Contoh proses normalisasi relasi dari UNF – 1NF – 2NF – dan 3NF

Dalam posting tulisan tentang: “Tujuan dan Manfaat Normalisasi dalam Perancangan Database” , kita sudah mempelajari tentang: “Apa itu normalisasi” dan “Mengapa kita perlu melakukan normalisasi”. Kedua pertanyaan itu sudah terjawab dalam tulisan tersebut.  Kemudian dalam posting tulisan tentang: “Konsep Ketergantungan Fungsional, Normalisasi, dan Identifikasi Primary Key dalam Perancangan Sistem Database” , kita sudah mempelajari suatu konsep penting yang digunakan untuk melakukan normalisasi, yaitu konsep ketergantungan fungsional yang terdiri dari ketergantungan penuh, ketergantungan parsial atau sebagian, dan ketergantungan transitif. Proses normalisasi pertama-tama dilakukan dengan mengidentifikasi adanya ketergantungan-ketergantungan tersebut dalam relasi-relasi dan kemudian menghilangkannya. Cara melakukan normalisasi, mengidentifikasi berbagai macam ketergantungan, dan menghilangkan ketergantungan pada relasi-relasi bisa dipelajari ulang dalam postingan tulisan d...