Metode interpretasi murni |
Metode interpretasi murni memiliki keuntungan yaitu memungkinkan implementasi yang mudah dari banyak operasi debug pada tingkat kode (sumber), karena semua pesan kesalahan run-time dapat merujuk ke unit-unit pada tingkat kode (sumber). Misalnya, jika indeks array ditemukan di luar jangkauan, pesan kesalahan dapat dengan mudah menunjukkan baris kode sumber dan nama array.
Di sisi lain, metode ini memiliki kelemahan yang serius yaitu eksekusinya lebih lambat 10 hingga 100 kali dibanding dengan sistem yang menggunakan metode kompilasi. Sumber utama kelambatan ini adalah proses decoding (penguraian) statemen-statemen dari bahasa tingkat tinggi, yang jauh lebih kompleks dibandingkan instruksi bahasa mesin (walaupun mungkin ada lebih sedikit statemen dibandingkan instruksi yang ekuivalen dalam kode mesin). Selain itu, terlepas dari berapa kali banyaknya sebuah statemen yang dieksekusi, statemen harus di-decode setiap kali dieksekusi. Oleh karena itu, proses decoding tiap statemen adalah proses dimana terjadinya bottleneck dari metode interpreter murni, jika dibandingkan proses koneksi antara prosesor dan memori dimana terjadi bottleneck dalam proses kompilasi.
Kelemahan lain dari interpretasi murni adalah bahwa sering membutuhkan lebih banyak space (ruang). Selain program sumber, tabel simbol harus ada selama proses interpretasi. Selanjutnya, program sumber bisa disimpan dalam suatu bentuk yang dirancang untuk akses dan modifikasi yang mudah alih-alih menyediakan size (ukuran) yang minimal.
Meskipun beberapa bahasa awal yang sederhana pada era 1960-an (APL, SNOBOL, dan LISP) adalah interpretasi murni, pada era 1980-an, pendekatan ini jarang digunakan pada bahasa tingkat tinggi. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, metode interpretasi murni telah membuat kebangkitan-nya yang signifikan dengan beberapa bahasa scripting Web, seperti JavaScript dan PHP, yang sekarang banyak digunakan. Proses interpretasi murni dilihat pada gambar di atas.
--o0o--
Artikel terkait:
Comments
Post a Comment