Kognisi: Apa Itu?

Artikel ini membahas aspek-aspek kognisi untuk diimplementasikan dalam desain interaksi. Ini berarti mempertimbangkan apa yang baik dan buruk bagi manusia, sehingga bisa menunjukkan bagaimana pengetahuan tentang kognisi manusia bisa memberi informasi terhadap desain teknologi yang memperluas kemampuan manusia dan mengimbangi kelemahan manusia. 

Apa itu Kognisi?

Ada banyak jenis kognisi, contohnya seperti berpikir, mengingat, belajar, melamun, mengambil keputusan, melihat, membaca, menulis, dan berbicara. Salah satu cara yang populer dalam membedakan berbagai macam mode kognisi tersebut adalah apakah kognisi tersebut bersifat pengalaman atau reflektif (Norman, 1993). 

Kognisi pengalaman adalah keadaan pikiran di mana orang ber-persepsi, bertindak, dan bereaksi terhadap peristiwa di sekitar mereka secara intuitif dan tanpa upaya. Contohnya seperti mengendarai mobil, membaca buku, bercakap-cakap, dan menonton video. 

Sebaliknya, kognisi reflektif melibatkan upaya mental, perhatian, penilaian, dan pengambilan keputusan, yang dapat mengarah pada suatu ide dan kreativitas baru. Contohnya seperti mendesain/merancang, belajar, dan menulis suatu laporan/paper. 

Kedua mode tersebut sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. 

Cara lain yang juga populer dalam menjelaskan kognisi adalah perbedaan dalam hal berpikir apakah cepat atau lambat (Kahneman,2011). 

Berpikir cepat mirip dengan mode pengalaman (yang disebutkan oleh Don Norman di atas) contohnya adalah insting/naluriah, refleksif, dan tanpa upaya. 

Berpikir lambat, membutuhkan lebih banyak waktu dan dianggap lebih logis dan demanding, dan ini membutuhkan konsentrasi yang lebih besar. 

Perbedaan antara kedua mode ini lebih mudah dilihat jika meminta seseorang untuk memberikan jawaban pada dua persamaan aritmatika berikut:

2 + 2 =

21 x 19 =

Yang pertama dapat dilakukan oleh kebanyakan orang dewasa dalam sepersekian detik tanpa berpikir, sedangkan yang kedua membutuhkan banyak upaya mental; banyak orang perlu mengerjakan soal tersebut dengan menuliskannya di atas kertas dan menggunakan metode perkalian yang panjang. Sekarang, banyak orang hanya memilih untuk berpikir cepat dengan mengetik angka yang akan ditambahkan atau dikalikan ke dalam aplikasi kalkulator di smartphone atau komputer. 

Cara lain dalam menjelaskan kognisi adalah dalam hal konteks di mana itu terjadi, alat yang digunakan, artefak dan antarmuka yang digunakan, dan orang-orang yang terlibat (Rogers, 2012). Bergantung pada kapan, di mana, dan bagaimana hal itu terjadi, kognisi dapat didistribusikan, dapat disituasikan, diperluas, dan diwujudkan. Kognisi juga telah dijelaskan dalam hal jenis-jenis spesifik dari berbagai proses (Eysenck dan Brysbaert, 2018). Ini meliputi hal-hal seperti berikut:

  • Atensi (Perhatian)
  • Persepsi
  • Memori
  • Belajar (Learning)
  • Membaca, berbicara, dan mendengarkan
  • Pemecahan masalah, perencanaan, penalaran, dan pengambilan keputusan 

Penting diperhatikan bahwa banyak dari proses kognitif tersebut saling terkait satu sama lain: beberapa diantaranya sering terlibat untuk kegiatan tertentu secara bersamaan. Jarang ada satu jenis kognisi yang terjadi secara sendirian. Misalnya saat membaca buku orang harus memperhatikan teks, memahami dan mengenali huruf dan kata-kata, dan mencoba memahami kalimat-kalimat yang telah ditulis. 

Bagaimana mendesain interaksi dengan memperhatikan berbagai macam jenis kognisi tersebut?

No comments:

Post a Comment