Siklus konversi tradisional yang
digambarkan dalam bagian sebelumnya menyajikan berapa banyak perusahaan
manufaktur yang beroperasi saat ini. Namun demikian, selama lebih dari tiga
dekade belakangan ini, kebutuhan konsumen menuntut suatu proses yang lebih cepat,
siklus hidup produk yang lebih pendek, dan kompetisi global mengakibatkan
perubahan aturan pasar yang cukup radikal. Sebagai upaya untuk mengatasi
perubahan-perubahan tersebut, banyak perusahaan mulai berbenah untuk
menjalankan bisnis dengan cara yang sama sekali berbeda. Istilah ‘kelas-dunia’
menjadikan era yang modern dalam dunia bisnis. Usaha mencapai status
kelas-dunia adalah suatu perjalanan tanpa tujuan karena hal itu akan memerlukan
inovasi yang berkelanjutan dan penyempurnaan yang kontinyu. Survey baru-baru
ini terhadap para eksekutif perusahaan mengungkapkan bahwa mereka mengatakan
akan mengejar prinsip-prinsip yang akan membawa perusahaan mereka ke status
kelas-dunia. Namun demikian kaum skeptis berpendapat bahwa hanya sebanyak 10
atau 20 perden dari perusahaan-perusahaan tersebut yang benar-benar di jalur
yang benar.
Apakah yang dimaksud perusahaan kelas-dunia?
Fitur-fitur berikut adalah yang
mencirikan perusahaan kelas-dunia:
·
Perusahaan kelas-dunia harus mempertahankan
kelincahan strategis dan mampu menghidupkan sesuatu yang kecil. Manajemen
puncak harus secara dekat menyadari kebutuhan pelanggan dan tidak kaku dan anti
terhadap perubahan paradigma.
·
Perusahaan kelas-dunia harus memotivasi dan
memperlakukan karyawan seperti menghargai aset-aset. Untuk mengaktivasikan
talenta setiap orang, keputusan harus didorong hingga ke level terbawah
organisasi. Hasilnya adalah struktur organisasi yang datar dan responsif.
·
Perusahaan kelas-dunia harus memenuhi kebutuhan
para pelanggannya secara menguntungkan. Tujuannya tidak hanya untuk memuaskan
para pelanggan, tetapi juga untuk menyenangkan mereka secara positif. Hal ini
bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan satu kali dan kemudian dilupakan begitu
saja. Dengan para kompetitor yang selalu agresif mencari cara-cara baru untuk
meningkatkan market share, perusahaan kelas-dunia harus terus menyenangkan para
pelanggannya.
·
Filosofi memberi kepuasan terhadap pelanggan
memasuki perusahaan kelas-dunia. Semua aktivitasnya, mulai dari pembelian bahan
baku hingga menjual barang jadi, membentuk suatu rantai pelanggan. Setiap
aktivitas diarahkan untuk melayani pelanggannya, yang merupakan aktivitas
berikutnya dalam suatu proses. Pelanggan yang membayar terakhir adalah posisi yang
terakhir dalam rantai tersebut.
·
Terakhir, perusahaan manufaktur yang mencapai
status kelas-dunia melakukan hal
tersebut dengan mengikuti filosofi manufaktur ramping (lean manufacturing). Hal ini berarti melakukan lebih banyak dengan upaya
yang lebih sedikit (efisien), menghilangkan pemborosan, dan mengurangi waktu
siklus produksi.
Bagian
berikut menelaah prinsip-prinsip manufaktur ramping (lean manufacturing).
Sisanya adalah menelaah teknik-teknik, teknologi, prosedur akuntansi, dan
sistem informasi yang memungkinkan hal tersebut.
Prinsip-prinsip lean
manufacturing
Lean manufacturing berevolusi dari Toyota Production System (TPS), yang berdasarkan model produksi just-in-time (tepat-waktu). Pendekatan
proses manufaktur ini berlawanan dengan proses manufaktur tradisional yang
biasanya berdasarkan level inventori bahan baku yang tinggi, kapasitas produksi
yang besar, pemborosan dan ketidak-efisiensian proses. Tujuan dari lean
production adalah untuk mencapai efisiensi dan keefektifan yang semakin baik di
semua hal, termasuk desain produk, interaksi dengan supplier, pengerjaan di
pabrik, manajemen pegawai, dan hubungan dengan pelanggan. Lean berarti
mendapatkan produk yang tepat di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
dengan kuantitas yang tepat, dan secara bersamaan meminimalkan pemborosan dan
menjaga supaya tetap flexible. Bagian terbesar dari kunci kesuksesan terletak
pada pemahaman para karyawan dan penyatuan dengan prinsip-prinsip lean
manufacturing. Memang, aspek-aspek kultural dari filosofi ini sama pentingnya
dengan mesin-mesin, metodologi yang diterapkan. Prinsip-prinsip berikut adalak
ciri dari lean manufacturing.
Pull processing. Produk
dihasilkan berdasarkan kebutuhan konsumen, bukan didorong karena jumlah pasokan
dalam produksi. Dalam pendekatan lean, inventori datang dari vendor dalam jumlah
yang kecil dan bisa beberapa kali dalam sehari, supaya benar-benar tepat waktu
ketika masuk proses produksi. Tidak seperti dalam proses tradisional, lean
tidak membuat tumpukan inventori barang-barang setengah jadi yang mengakibatkan
bottlenecks/kemacetan.
Perfect quality
(kualitas yang sempurna). Keberhasilan model pull processing memerlukan
kesempurnaan mulai dari bahan baku, work-in-process, dan inventori barang jadi.
Kualitas yang buruk mengakibatkan biaya yang sangat mahal bagi perusahaan.
Pertimbangkan akan biaya sisa produksi, pengerjaan ulang, penundaan
penjadwalan, inventori ekstra untuk mengganti bagian-bagian yang rusak, klaim
garansi, dan layanan di lapangan. Dalam lingkungan proses manufaktur
tradisional, biaya-biaya tersebut
disajikan antara 25 hingga 35 persen dari total biaya produksi. Dengan
begitu, kualitas adalah dasar utama bagia perusahaan-perusahaan kelas-dunia
untuk berkompetisi. Kualitas sudah berhenti menjadi kompensasi atas harga.
Konsumen menuntut kualitas dan mencari produk berkualitas dengan harga
terendah.
Waste minimization
(pengurangan pemborosan). Semua aktivitas yang tidak menambahkan nilai dan
memaksimalkan penggunaan berbagai sumber daya yang langka harus dihilangkan.
Pemborosan meliputi aspek-aspek keuangan, pegawai, inventori, dan aset-aset
tetap. Berikut adalah contoh-contoh berbagai macam pemborosan dalam lingkungan
tradisional yang akan diminimalkan oleh lean manufacturing.
- Overproduksi, yaitu menghasilkan jumlah produksi melebih dari yang diperlukan dan/atau memproduksi lebih cepat daripada yang diperlukan.
- Pengangkutan barang-barang lebih jauh daripada yang minimal diperlukan
- Bottlenecks/kemacetan barang-barang yang menunggu untuk dipindahkan ke tahap produksi berikutnya.
- Karyawan yang menganggur menunggu bekerja karena adanya bottlenecks dalam produksi.
- Pergerakan karyawan yang tidak efisien karena harus berjalan lebih dari yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas-tugas.
- Kepingan-kepingan teknologi yang disebabkan karena berbagai macam proses yang berdiri sendiri yang tidak terkait dengan proses-proses dari hulu maupun yang ke hilir.
- Kerusakan produksi yang memerlukan usaha untuk inspeksi dan/atau perbaikan yang seharusnya tidak perlu.
- Bahaya dan resiko terhadap keselamatan kerja yang menyebabkan kecelakaan dan jam kerja yang hilang dan biaya-biaya yang terkait (pengobatan, rumah sakit, dsb).
Inventory reduction
(pengurangan inventori). Ciri dari perusahaan lean manufacturing adalah
kesuksesannya dalam pengurangan inventori. Perusahaan yang seperti itu akan
mengalami turnover inventori tahunan 100 kali per tahun. Sementara perusahaan
lain mengadakan inventori mingguan atau bahkan bulanan, perusahaan lean
manufacturing hanya memiliki beberapa hari atau bahkan hanya beberapa jam saja
inventori yang tersedia. Tiga masalah umum berikut ini menjelaskan mengapa
pengurangan inventori begitu penting.
- Inventori berarti biaya atau uang. Hal tersebut adalah suatu investasi dalam bentuk bahan baku, pekerja, dan overhead (ongkos-ongkos tambahan) yang tidak dapat direalisasikan hingga terjual. Inventori juga berarti biaya tersembunyi. Karena harus dipindah-pindahkan dalam pabrik. Harus diurus, disimpan, dan dihitung. Selain itu, inventori juga kehilangan nilai karena menjadi usang.
- Inventori juga menyamarkan beberapa masalah produksi. Bottlenecks dan ketidakseimbangan kapasitas dalam proses manufaktur menyebabkan inventori yang sedang dalam proses menjadi titik-titik kemacetan. Inventori juga menyebabkan order para pelanggan dan produksi tidak sinkron.
- Kesediaan dalam menjaga inventori bisa menyebabkan overproduksi. Karena berbagai batasan biaya, perusahaan cenderung untuk menghasilkan inventori dalam jumlah besar untuk memanfaatkan alokasi biaya dan menciptakan image efisiensi. Biaya yang sebenarnya dari aktivitas yang tak terlalu bermanfaat ini tersembunyi dalam inventori yang berlebih.
Production
flexibility (fleksibiltas produksi). Prosedur setup mesin yang lama akan
menyebabkan penundaan dalam produksi dan mendorong overproduksi. Perusahaan
yang ‘lean’ berusaha untuk mengurangi waktu untuk setup mesin hingga minimum,
sehingga memungkinkan produksi produk yang lebih beragam dengan lebih cepat,
tanpa mengorbankan efisiensi pada jumlah produksi yang lebih rendah.
Established supplier
relations (menciptakan hubungan dengan supplier). Perusahaan yang lean
manufacturing harus menciptakan hubungan yang koperatif dengan vendor.
Pengiriman yang terlambat, bahan baku yang rusak, atau order yang salah akan
menghentikan proses produksi karena model produksi ini tidak membolehkan adanya
cadangan inventori.
Link-link terkait:
Seri (1): Siklus Konversi
Seri (2): Siklus Konversi - Lingkungan manufaktur tradisional
Seri (3): Siklus Konversi - Aktivitas-aktivitas dalam batch production
Seri (4): Siklus Konversi - Aktivitas-aktivitas dalam akuntansi biaya
Seri (5): Siklus Konversi - Pengendalian-pengendalian dalam lingkungan tradisional
Seri (6): Siklus Konversi - Perusahaan kelas dunia dan manufaktur ramping (lean manufacturing)
Seri (7): Siklus Konversi - Berbagai macam teknik dan teknologi yang digunakan dalam lean manufacturing
Seri (8): Siklus Konversi - Akuntansi dalam lingkungan manufaktur ramping (lean manufacturing)
Seri (9): Siklus Konversi - Pembiayaan berbasis aktivitas (activity-based costing - ABC)
Seri (10): Siklus Konversi - Akuntansi aliran nilai (Value Stream Accounting)
Seri (11): Siklus Konversi - Sistem informasi yang menunjang manufaktur ramping
Seri (12): Siklus Konversi - Kesimpulan
Comments
Post a Comment